Pemeriksaan koroner yang sedang berlangsung mengenai penyebab runtuhnya bangunan di Sinagoga, Gereja Segala Bangsa (SCOAN), dilanjutkan pada hari Kamis dengan penyerahan rencana pembangunan untuk struktur yang runtuh tersebut.
Hal ini juga terjadi karena seorang perwira NAMA mengakui bahwa sebuah pesawat militer terbang dekat dengan gedung tersebut beberapa kali pada hari keruntuhannya, bertentangan dengan apa yang dia katakan kepada pengadilan tiga hari sebelumnya bahwa pesawat tersebut tidak terbang dekat dengan gedung tersebut.
Saat menjalani pemeriksaan silang oleh penasihat SCOAN, Olalekan Ojo, Wakil Manajer Umum yang membidangi Pengendalian Lalu Lintas Udara Badan Pengelola Wilayah Udara Nasional (NAMA), perhatian Bapak Rafik Arogunjo tertuju pada beberapa inkonsistensi dalam beberapa pameran yang diproduksi oleh SCOAN. agensi.
Dalam keterangan tertulisnya, Arogunjo mengklaim pesawat tersebut mengelilingi kawasan Ikotun Lagos sebanyak enam kali dalam sebuah latihan, sedangkan dalam surat yang dikirimkan ke polisi dan ditandatangani oleh Managing Director NAMA, Engineer Ibrahim Abdulsalam, jelas tertulis bahwa pesawat hanya mengitari area tersebut dua kali.
Terjadi drama ringan ketika penasihat hukum The SCOAN, Olalekan Ojo, memaparkan rekaman CCTV kejadian tersebut. Usai menyaksikan rekaman yang jelas-jelas menunjukkan pesawat terbang di atas reruntuhan bangunan, saksi tak bisa berkata-kata dan bersikeras tak bisa mengomentari rekaman tersebut.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai apakah dia bisa menyajikan laporan radar, yang konon menunjukkan jarak sebenarnya antara pesawat dan bangunan fatal tersebut, dia mengatakan dia tidak bisa, sehingga memicu perdebatan di antara kedua pengacara tersebut.
Mereka kemudian menyarankan untuk mengunjungi menara pengawas untuk menonton versi videonya, sebuah tindakan yang dikesampingkan oleh hakim.
Ditanya mengenai identitas pilot pada hari kejadian, Arogunjo mengaku belum bisa memberikan informasi tersebut, meski mengaku sudah diberikan rencana penerbangan kepadanya.
“Tidak mungkin saya mengetahui niat pilot pada hari kejadian,” katanya di pengadilan.
“Pesawat itu dirancang untuk operasi militer sepanjang pengetahuan saya, tapi saya tidak tahu apakah tujuan pesawat itu adalah untuk mencapai sasaran apa pun.
“Saya pernah mendengar tentang sebuah pesawat dalam misi sabotase yang melepaskan debu tak kasat mata pada suatu sasaran dengan alat peledak dengan maksud untuk mengebom sasaran tersebut, namun saya tidak dapat memastikan apakah pesawat tersebut memiliki debu tersebut dan kami tidak melupakan keberadaan pesawat tersebut. radar pada hari kejadian”, lanjutnya.
“Tuanku, bagaimana kami bisa mempercayai keterangan lisan seorang saksi yang menyembunyikan informasi dari kami seperti nama pilot, awak kapal, dan peralatan yang mereka bawa”, tanya Pak Ojo menanggapi keterangan pejabat NAMA tersebut. .
Sementara itu, perencana kota, Bisi Adedire, yang pernah menjabat Sekretaris Jenderal Nasional Asosiasi Perencanaan Kota dan juga Ketua Negara Bagian Lagos, bersaksi bahwa bangunan yang runtuh itu jatuh dengan cara yang biasa dilakukan dengan pembongkaran yang disengaja atau dikendalikan.
Ia menambahkan, sepanjang karir profesionalnya ia belum pernah melihat atau mengalami keruntuhan bangunan dengan cara yang aneh.
Menjelaskan pendiriannya, Adedire menjelaskan, ketika bangunan diruntuhkan secara simetris, batang-batang besinya dipotong sejajar seolah-olah tidak pernah digunakan semen dan yang lebih mengejutkan lagi, pondasinya masih utuh.
Dia menambahkan, seluruh bangunan yang berdekatan dengan bangunan tersebut tidak terkena dampak ambruknya.
Menceritakan perannya, dia mengatakan dia dihubungi oleh pihak gereja pada bulan Juni 2014 untuk menyiapkan laporan teknis mengenai gedung gereja.
Dia menyatakan bahwa setelah evaluasi, dia memberi tahu otoritas gereja bahwa meskipun mereka melakukan kesalahan karena tidak mendapatkan persetujuan sebelum pembangunan, penyimpangan tersebut dapat diperbaiki.
“Saya informasikan kepada mereka bahwa undang-undang mengatur sistem yang disebut regularisasi untuk memperoleh dokumen-dokumen yang diperlukan,” jelasnya.
“Namun, itu disertai dengan penalti. Oleh karena itu, saya dikontrak oleh mereka untuk mengatur dokumen konstruksi. Saya segera memulai prosesnya dan saya memiliki bukti resmi untuk mendukungnya. Sayangnya, kami tidak menyelesaikan prosesnya sebelum saya mendengar bahwa bangunan tersebut telah runtuh.”
Menurut Adedire, SCOAN membayar lebih dari N20 juta kepada Pemerintah Negara Bagian Lagos untuk memproses persetujuan tersebut.
Lebih lanjut ia menyampaikan kepada petugas koroner bahwa begitu mendengar kabar tragis tersebut, ia langsung menginformasikan kepada kementerian terkait.
“Saat saya sampai di lokasi kejadian pada Jumat 12 September 2014, saya melihat rekaman CCTV keruntuhan dan saya takjub karena bangunan normal tidak runtuh seperti itu dalam hitungan detik. Juga asapnya mencurigakan seperti debu”.
Ketika ditanya oleh advokat gereja apakah persetujuan merupakan faktor penentu runtuhnya sebuah bangunan, dia tertawa dan mengatakan bahwa bangunan tidak runtuh di atas kertas.
“Meskipun penting untuk memiliki surat-surat yang relevan, ini bukanlah alasan terjadinya runtuhnya bangunan. Bahkan struktur pemerintahan dengan persetujuan yang memadai telah runtuh di masa lalu”.
Dia akhirnya menyerahkan ke pengadilan salinan asli denah bangunan baik bangunan yang runtuh maupun bangunan di sebelahnya yang masih berdiri.
Dalam perkembangan lain, salah satu korban yang selamat dari insiden tersebut, Taiwo Temitayo Taiwo, dengan jelas menceritakan kepada pengadilan apa yang dia lihat di dalam gedung sebelum gedung itu runtuh.
Dia menjelaskan bagaimana dia melihat kilatan cahaya menembus dinding, diikuti dengan suara gemuruh sebelum bangunan itu runtuh.
Dia membandingkan skenario ini dengan gergaji tukang kayu yang memotong kayu dengan presisi.
Penjelasannya semakin memperkuat teori bahwa bahan peledak digunakan sesuai dugaan polisi.
Lebih lanjut Taiwo menjelaskan kesan bangunan tersebut mungkin roboh karena terlalu banyak penghuni.
Dijelaskannya, sebagai salah satu koordinator tamu The SCOAN, lantai dasar merupakan restoran dan ruang makan baik untuk tamu maupun anggota.
Dia kemudian mengungkapkan bahwa lantai pertama diperuntukkan bagi tamu wanita sedangkan lantai dua diperuntukkan bagi tamu pria, dan menambahkan bahwa lantai lainnya belum digunakan sebelum kejadian naas tersebut.
.